A. Pengantar
Wahyu pertama kali turun
kepada nabi Muhammad merupakan perintah untuk membaca. Perintah Allah itu erat
kaitannya dengan proses pendidikan. Pendidikan dan kegiatan membaca seperti
sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Seseorang akan sukses dalam menempuh
pendidikannya kalau dalam prosesnya selalu dihiasi dengan membaca. Membaca
tidak selalu dihadapkan pada buku dan kitab-kitab, tetapi, kejadian apapun bisa
kita kaji secara mendalam agar mendapat pengetahuan yang utuh.
Sehingga pada akhirnya akan membentuk manusia yang berhias ilmu pengetahuan.
Sebelum Islam datang, di Makkah ilmu
pengetahuan telah berkembang. Ilmu yang telah mendarahdaging dengan masyarakat
waktu itu adalah ilmu sastra. Lembaga pendidikan telah berkembang. Perkembangan
lembaga pendidikan mengikuti pola pikir masyarakat. Mengingat agama islam belum
datang, maka secara otomatis lembaga pendidikan yang berkembang adalah lembaga
pendidikan umum. Tetapi, seiring Nabi Muhammad mendapat wahyu pertama kali,
proses pendidikan islam mulai berkembang meski
pada awalnya hanya dilakukan secara diam-diam dan hanya terbatas pada
keluarga Nabi. Setelah nabi menerima wahyu berikutnya yang menyerukan agar
islam disebarkan secara terang-terangan, maka berkembanglah proses pendidikan
islam menjadi pendidikan yang diajarkan secara terbuka.
Materi awal yang diajarkan Nabi kepada
masyarakat adalah berkaitan dengan materi ketahuidan. Nabi mengajak masyarakat
untuk menyembah Tuhan yang sebenarnya. Seiring perkembangan dan perluasan
wilayah islam, materi pendidikan islam juga mulai berkembang.
Perkembangan pola pikir masyarakat islam
yang terus berkembang, menuntut sistem pembelajaran agama islam harus
dikembangkan dan perlu untuk dilembagakan guna mempermudah akses pendidikan
islam kepada masyarakat secara luas. Maka, dibentuklah pusat-pusat pembelajaran
agama islam seperti rumah-rumah sahabat dan masjid-masjid. Pusat kegiatan
pendidikan pada awalnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi[1]
dan bertempat dirumah Arqam bin Abi Arqam[2].
Rumah Arqam itu merupakan tempat pendidikan pertama umat islam pada masa
Rasululullah[3].
Semasa Nabi Muhammad berdakwah di Makkah
selama kurun waktu 10 tahun, pendidikan yang dilakukan oleh nabi bertempat di
rumah-rumah dan majlis masyarakat. Akan tetapi setelah hijrah, Nabi membangun
masjid, di masjid itulah ilmu pengetahuan keagamaan dan lain-lainnya diajarkan
oleh Nabi kepada para pengikutnya. Bahkan pada perkembangan selanjutnya
beberapa masjid dilengkapi tempat penginapan bagi masyarakat yang menimba ilmu
kepada Nabi. Masjid itu sebagai pusat kegiatan kegiatan bagi pengembangan
islam, mulai dari pendidikan sampai pada kegiatan musyawarah.
Perkembangan zaman terus berlanjut
menuntut inovasi pendidikan, baik inovasi dari sistem pembelajaran hingga
inovasi sistem regulasi. Tak ayal lembaga pendidikan islam terus menjamur
searah perkembangan zaman. Pertumbuhan lembaga pendidikan islam juga diupayakan
dengan peningkatan kualitasnya. Materi ajar yang semula hanya berkisar tentang
ketuhanan (tahuid) berkembang pada pelajaran lainnya seperti menulis dan
membaca, pelajaran berbisnis, ilmu sosial dan lain sebagainya.
Perkembangan pendidikan islam tidak
selalu menuju pada titik puncak kesempurnaan. Terbukti dalam sejarah bahwa
pendidikan islam mulai masa-masa kejayaan yang terjadi pada masa Bani
Abbasiyah. Tetapi, setelah itu pendidikan islam terutama Madrasah terus mengalami
pasang surut dan belum sampai masa keemasan seperti pada masa Daulah Abbasiyah.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita
semua untuk mengetahui sejarah pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan
islam terutama Madrasah.
B. Pengertian Madrasah
Kata Madrasah dalam bahasa Arab adalah
bentuk kata keterangan tempat atau z}araf makan
dari kata darasa.
Secara h}arfiyah
Madrasah dapat diartikan sebagai tempat belajar para pelajar, atau tempat
memberikan pelajaran. Dari akar kata darasa
juga bisa diturunkan kata midras
yang mempunyai arti buku yang dipelajari
atau tempat belajar.
Kata Madrasah berasal dari bahasa arab
yang padanan katanya dalam bahasa Indonesia adalah sekolah. Dalam The Oxford
Ensyclopedia of the Modern Islamic World disebutkan bahwa Madrasah
merupakan:
An
establishment of learning where the Islamic science are taught, Madrasah
is a college for higher studies. During the teenth and eleventh centuries,
the Madrasah was devoted primarily to teaching law, and the other Islamic
science literary philosophical subjects were optionally taught[4].
Dari kutipan enksiklopedi diatas dapat
dipahami bahwa Madrasah merupakan tempat pembelajaran ilmu keislaman yang lebih
tinggi. Pada abad ke-10 sampai ke-11 M, Madrasah telah dipilih sebagai tempat
pembelajaran yang mengajarkan tentang hukum dan literatur ilmu pengetahuan
keislaman yang diajarkan dalam bentuk pilihan. Sehingga merujuk pada pendapat
ini kata Madrasah identik kepada tempat pembelajaran atau di Indonesia dikenal
dengan sekolah.
Menurut Ahmad Qurtubi yang mengutip
pendapat Nakosteen menerjemahkan kata Madrasah dengan University[5].
Kata Universitas memang kurang tepat dijadikan terjemahan dari kata Madrasah
karena pada kenyataannya Madrasah itu berbeda dengan Universitas. Hanya saja,
Merujuk dari dua pendapat diatas, penulis berkesimpulan bahwa Madrasah yang
dimaksud disini tidak sama dengan Madrasah di Indonesia yang mengartikan bahwa Madrasah
merupakan tempat pendidikan dasar. Madarasah pada masa awal berdirinya dibangun
dalam bentuk pendidikan lanjutan dari pendidikan dasar.
C. Pertumbuhan dan
Perkembangan Madrasah
Perkembangan Madrasah merupakan
perkembangan peradaban umat islam yang harus ditelisik sampai pada awal
perkembangan islam. Munculnya Madrasah tidak bisa lepas dari sejarahnya, bahwa
jauh sebelum dikenal yang nama Madrasah, umat islam telah mempunyai lembaga
pendidikan meskipun secara sistem masih belum tertata sebagaimana sistem
pendidikan di Madrasah.
Tempat-tempat pendidikan islam sebelum Madrasah
yang sempat berkembang adalah Majlis[6], S{uffah[7],
Kuttab/ Maktab[8],
dan Masjid[9]. Dari
tempat pendidikan itulah lahir para ulama yang ahli dalam bidang keagamaan dan
ilmu-ilmu lainnya. Para pencari ilmu dari umat Islam terus bertambah sehingga
tempat-tempat pendidikan di atas tidak mampu menampung masyarakat yang ingin
mencari ilmu. Maka pada akhirnya digagaslah konsep pendidikan yang disebut Madrasah.
Menurut Athiyah al-Abrasyi yang mengutip
pendapat al-Maqrizi, menyatakan bahwa institusi sekolah atau Madrasah pertama
kali diperkenalkan pada akhir abad ke-4 hijriah oleh penduduk Naisabur, yaitu Madrasah
al-Baih}aqiyyah}. Madrasah ini
merupakan institusi pertama yang berbentuk sekolah di dunia Islam[10].
Namun menurut pendapat Ahmad Syalabi dan Philips K. Hitti mengatakan bahwa Madrasah
yang muncul pertama kali adalah Madrasah Niz}amiyah
yang didirikan oleh Niz}am
al-Mulk seorang Perdana Menteri Dinasti Saljuk[11].
Namun dalam pembahasan ini, penulis lebih fokus mendalami Madrasah Niz}amiyah karena pendirian
lembaga pendidikan didirikan oleh seorang pejabat pemerintah dengan konsep
pendidikannya yang lebih kongkret.
Dalam pandangan Makdisi, Madrasah merupakan
fase ketiga dalam garis lembaga pendidikan Islam, dengan urutan; Masjid, Masjid
Khan[12],
kemudian Madrasah[13]. Proses
perubahan dari masjid ke Madrasah menurut George Makdisi dalam Muzakkir terjadi
secara tidak langsung melainkan melalui perantara yaitu Masjid Khan[14]. Peralihan
tersebut didasarkan pada kondisi dimana minat masyarakat yang ingin belajar
semakin besar sehingga masjid tidak bisa menampungnya. Banyak siswa yang
belajar membuat masjid itu dipenuhi oleh halaqah-halaqah siswa yang belajar,
sehingga secara tidak langsung, orang yang mau beribadah merasa terganggu oleh
ramainya siswa yang belajar[15].
Para siswa yang datang untuk belajar di
masjid itu tidak hanya dari dalam kota, tetapi juga dari luar kota banyak yang
datang untuk belajar. Akibat kejauhan tempat tinggalnya, siswa yang dari luar
kota membutuhkan tempat tinggal sehingga pada perkembangan selanjutnya
dibangunlah masjid yang dilengkapi dengan tempat tinggal yang biasanya disebut
kompleks masjid khan[16].
Dari kompleks itulah maka pada tahap selanjutnya Madrasah berkembang sebagai
tempat pendidikan islam yang formal.
Tahap masjid berlangsung terutama pada
abad kedelapan dan kesembilan, tahap masjid Khan
mencapai perkembangan yang sangat pesat pada abad kesepuluh, sedang tahap
selanjutnya adalah Madrasah yang khusus diperuntukkan bagi lembaga pendidikan. Madrasah
dengan demikian berhasil menyatukan kelembagaan masjid biasa dan masjid khan.
Pada tahap ini, Madrasah pada umumnya terdiri dari ruang belajar, ruang
pemondokan, dan masjid[17].
Pada awalnya sistem pendidikan di masjid
dengan Madrasah adalah sama. Bahkan dari status bangunannya, antara masjid dan Madrasah
adalah sama-sama wakaf. Perbedaan mendasar antara pendidikan Madrasah dan
Masjid terletak pada kontrol pendirinya. Pendidikan di Masjid terbebas dari
kontrol pendirinya sedangkan pendidikan Madrasah selalu dikontrol oleh
pendirinya[18].
D. Motivasi Pembangunan Madrasah
dan Munculnya Madrasah Niz}amiyah
Pada masa awal, munculnya Madrasah tidak
selalu dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menambah pusat-pusat pendidikan
bagi masyarakat. Akan tetapi ada dua faktor yang memicu lahirnya Madrasah yaitu
faktor yang meliputi eksternal dan internal.
Perkembangan politik menjadi salah satu
faktor eksternal yang mendongkrak kebangkitan Madrasah[19]. Pada
akhir abad ke-4 Hijriah, terjadi persaingan antara golongan Sunni dan Shiah.
Para pengikut paham Shi’ah}
yang berkembang di Cairo Mesir terus
melakukan doktrin melalui lembaga pendidikan yang disebut Dar al-Ilm. Pendirian lembaga
pendidikan yang direncanakan untuk menyebarluaskan paham Shi’ah} ternyata dijadikan
tantangan oleh kelompok Sunni
di Baghdad. Mereka juga tidak mau ketinggalan dengan Shi’ah}. Pada abad ke-5
Hijriah, Kelompok Sunni mendirikan
lembaga pendidikan yang disebut dengan Madrasah[20].
Konflik antara kelompok dalam islam
terjadi pada abad ke-5 Hijriah pada saat Kerjaan Saljuk dipimpin oleh al-Kunduri
yang menganut Madhh}ab
H}anafi dan pendukung Mu’tazilah}. Salah satu
kebijakannya adalah mengusir penganut Ash’ariyah}
yang juga menganut Madhh}ab
Shafi’i. Kemudian al-Kunduri
digantikan oleh Niz}am
al-Mulk (W. 485 H/ 1092 M). Ia penganut Shafi’i
dan Ash’ari
secara langsung berhadapan dengan penganut Mu’tazilah},
Shi’ah}, H}anbaliyah} dan H}anafiyah}[21].
Dinasti Saljuk setelah dikuasi oleh Niz}am
al-Mulk yang notabene pengikut Sunni
mempunyai lawan politik yang sangat jelas yaitu Dinasti Fat}imiyah} di Mesir yang
beraliran Shi’ah}.
Nidzam al-Mulk menyadari betul bahwa untuk melawan Fat}imiyah}
tidak cukup dengan serangan meliter, mengingat pengikut Shi’ah} yang semakin besar karena proses pendidikannya
berkembang pesat, maka Niz}am
al-Mulk kemudian mengikuti langkah Dinasti Fat}imiyah}
dan mendirikan pusat pendidikan yang diberi nama Madrasah. Madrasah inilah yang
pada akhirnya dikenal dengan sebutan Madrasah Niz}amiyah}.
Pendirian lembaga pendidikan itu, salah satunya bertujuan untuk menyebarluaskan
dan indoktrinasi paham keagamaan yang beraliran Sunni.
Menurut
M. Akmansyah yang mengutip pendapat Abdul Majid Futuh mengatakan bahwa Madrasah
Niz}amiyah} didirikan dengan tiga
tujuan. Pertama, menyebarkan pemikiran Sunni
untuk menghadapi dari tantangan pemikiran Shi’ah}.
Kedua, menyediakan guru-guru sunni yang cakap untuk mengajarkan Ma>dhh}ab Sunni dan menyebarkannya
ketempat-tempat lain. Ketiga, membentuk kelompok pekerja sunni untuk
berpartisipasi dalam mejalankan pemerintahan, khusunya dibidang peradilan dan
manajemen[22].
Sehingga dapat disimpulkan motivasi berdirinya Madrasah dikarenakan
adanya motivasi agama, ekonomi dan politik.
Pelajaran yang diajarkan di sekolah ini
lebih intensf mengajarkan tentang pemahaman aliran Sunni
yang menganut Ash’ari>ya>h}.
Hal itu dilakukan karena salah satu motif pendirian Madrasah itu adalah melawan
aliran Shi’ah}
yang berkembang di Dinasti Fatimiyah Mesir. Selain itu, pelajaran tentang
keislaman terutama Sha>ri’ah} yang
didalamnya terdapat ilmu fiqih juga diajarkan. Sastra juga dipelari sedangkan
filsafat tidak diajari[23].
E. Kesimpulan
Madrasah merupakan lembaga pendidikan
islam lanjutan yang mengajarkan ilmu penegetahuan terutama ilmu keislaman. Madrasah
menurut George Makdisi merupakan fase ketiga dari lembaga pendidikan
sebelumnya, yaitu masjid dan masjid khan.
Motivasi pembangunan pendidikan selain
untuk pengembangan ilmu pengetahuan, juga untuk menyebarkan faham keagamaan. Madrasah
Baihaqiyah di Mesir merupakan lembaga pendidikan yang dikhususkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan juga untuk menanamkan faham Shi’ah} bagi siswa-siswanya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh pengikut faham Sunni
di Baghdad dengan mendirikan Madrasah Niz}a>miya>h}
yang dikembangkan untuk mengembangkan dan menanamkan
paham keagamaan beraliran Ash’ari>ya>h}.
Madrasah yang lahir pertama kali adalah Madrasah
al-Ba>ih}aqiya>h},
namun Madrasah yang konsepnya kongkret dan didirikan oleh seorang perdana
menteri adalah Madrasah Niz}a>miya>h} yang
didirikan oleh Niz}am
al-Mulk
seorang Perdana Menteri Dinasti Saljuk.
F. Daftar Pustaka
Akmansyah, M. Madrasah Nidzhamiyah. Jakarta: Rajawali
Pers, 2004.
Abrasyi, al-Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,
Terj. Bustami A. Gani dan Djohar Basri L.I.S. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Esposito, John L. The
Oxford Ensyclopedia of the Modern Islamic World, Vol. 3. New York: Oxford
University Press, 1995.
Haekal. Sejarah Hidup Muhammad, Jilid I, Terj.
Ali Audah. Jakarta: Hidakarya Agung, 1989.
Hitti, Philip K. History of the Arab. London: MicMillan
Press, 1998.
Makdisi, George. The
Rise of Colleges. Edinburgh: Edinburgh University Press, 1981.
Maksum, Madrasah:
Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Muzakkir, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Lahirnya Madrasah
sebaga Lembaga Pendidikan Formal. Lentera Pendidikan, Vol. 13, No. 2.
Desember, 2010.
Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik
dan Pertengahan. Jakarta: Rajawali Pers, 2004.
Qurtubi, Ahmad. Pertumbuhan Madrasah pada Periode Awal Sebelum Lahirnya Madrasah Nizamiyah. Jakarta:
Rajawali Pers, 2004.
Syalabi, Ahmad. Sejarah Pendidikan Islam, Terj. Muchtar
Jahja dan Sanusi Latif, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
Syalabi, Ahmad. Ta>rikh al-Ta>rbiyya>h}
al-Isla>miyya>h}. Kairo: Da>r al-Ittiḥa>d al-‘Ara>bi>,
1976.
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
Hidakarya Agung, 1990.
[1] Nabi Muhammad melakukan
pendidikan secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun. Waktu itu menyesuaikan
dengan rentang waktu turunya wahyu pertama kali dan wahyu yang kedua yang
menyeruh untuk melakukan pendidikan secara terang-terangan.
[2] Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jilid I, Terj.
Ali Audah, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), 5-6.
[3] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:
Hidakarya Agung, 1990), 6.
[4] John L. Esposito, The
Oxford Ensyclopedia of the Modern Islamic World, Vol. 3 (New York: Oxford
University Press, 1995), 13.
[5] Ahmad Qurtubi, Pertumbuhan
Madrasah pada Periode Awal Sebelum
Lahirnya Madrasah Nizamiyah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), 50.
[6] Majlis merupakan tempat
perkumpulan yang dijadikan tempat belajar dan mengajar. Majlis-majlis itu
terletak di rumah-rumah atau tempat perkumpulan lainnya.
[7] Shuffah merupakan tempat yang dipakai untuk kegiatan
pendidikan. Tempat ini menyediakan
tempat pemondokan bagi masyarakat yang tergolong miskin. Orang yang menggunakan
tempat ini adalah orang Arab Badui yang datang ke Madina untuk belajar islam dan
tidak mempunyai tempat tinggal. Pada masa Nabi Muhammad di Madinah, telah
tersebar 9 (sembilan) lembaga pendidikan bernama Shuffa. Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik
dan Pertengahan (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), 32.
[8] Kuttab dan Maktab
memiliki akar kata yang sama yaitu Kataba yang mempunyai arti menulis. Dalam
Ensiklopedia Islam dijelaskan bahwa Kuttab adalah sejenis tempat belajar yang
mula-mula lahir di dunia islam. Pada awalnya Kuttab berfungsi sebagai tempat
memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak-anak. Kuttab sebenarnya
sudah ada di arab mulai sebelum kedatangan islam, tetapi belum dikenal.
[9] Pada masa Nabi Muhammad
SAW. Masjid selain dijadikan sebagai tempat beribadah seperti salat, juga
dijadikan pusat pendidikan.
[10] Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,
Terj. Bustami A. Gani dan Djohar Basri L.I.S, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), 79.
[11] Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, Terj. Muchtar
Jahja dan Sanusi Latif, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), 106. dan Philip K.
Hitti, History of the Arab, (London:
MicMillan Press, 1998), 410.
[12] Masjid Khan merupakan masjid yang disampingnya
menyediakan tempat pemondokan bagi para pencari ilmu yang tidak mempunyai
tempat tinggal.
[13] George Makdisi, The
Rise of Colleges (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1981), 27.
[14] Muzakkir, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Lahirnya Madrasah
sebaga Lembaga Pendidikan formal, Lentera Pendidikan, Vol. 13, No. 2
(Desember, 2010), 167.
[15] Ahmad Syalabi, Ta>rikh al-Ta>rbiyya>h} al-Isla>miyya>h} (Kairo: Da>r al-Ittiḥa>d al-‘Ara>bi>, 1976). 114.
[16] George Makdisi, The Rise of Colleges, 27.
[17] Maksum, Madrasah:
Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 57.
[18] George Makdisi, The Rise of Colleges, 27.
[19] Ahmad Qurtubi, Pertumbuhan Madrasah pada Periode Awal
Sebelum Lahirnya Madrasah Nidzamiyah, (jakarta: Rajawali Pers, 2004), 48.
[20] Ibid, 49
[21] Ibid
[22] M. Akmansyah, Madrasah Nidzhamiyah, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2004), 65.
[23] Ibid, 68.
0 komentar:
Posting Komentar