A.
Pendahuluan
Penelitian Kualitatif merupakan
sebuah metode penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan permasalahan dalam
kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan,
perempuan, olah raga, seni dan budaya, dan lain-lain sehingga dapat dijadikan
suatu kebijakan untuk dilaksankan demi kesejahteraan bersama. Menurut Sugiono “
Masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, tentative dan akan
berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan”.[1]
Dalam penelitian kualitatif akan
terjadi tiga kemungkinan terhadap masalah yang akan dilteliti oleh peneliti
yaitu (1) masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sejak awal sampai akhir
penelitian sama, sehingga judul proposal dengan judul laporan penelitian sama,
(2) masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu
diperluas/diperdalam masalah yang telah disiapkan dan tidak terlalu banyak
perubahan sehingga judul penelitian cukup disempurnakan, (3) masalah yang
dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total sehingga harus ganti
masalah sebab judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dan judulnya
diganti.
Peneliti kualitatif yang merubah
masalah atau ganti judul penelitiannya setelah memasuki lapangan penelitian
atau setelah selesai merupakan peneliti kualitatif yang lebih baik, karena
dipandang mampu melepaskan apa yang dipikirkan sebelumnya, dan selanjutnya mampu
melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi
dan berkembang pada situasi sosial yang diteliti . Asumsi tentang gejala dalam
penelitian kualitatif adalah bahwa gejala dari suatu obyek itu sifatnya tunggal
dan parsial . Berdasarkan gejala tersebut peneliti dapat menentukan
variable-variabel yang akan diteliti . Gejala itu bersifat holistik
(menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) yaitu situasi sosial yang meliputi
(1) aspek tempat – place, (2) aspek pelaku – actor, (3) aspek aktivitas –
activity, yang ketiganya berinteraksi
secara sinergis.
Dalam metodologi penelitian
kualitatif, ada berbagai metode pengumpulan data/sumber yang biasa digunakan.
Jamesh Mc. Millan dan Sally Schumacer dalam Research in Education; A Conceptual
Introduction, paling sedikit ada empat strategi pengumpulan data dengan
multi-metode dalam penelitian kualitatif, yaitu dengan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, studi literatur dan artefak, serta teknik pelengkap. Dalam
kesempatan ini, yang akan dibahas lebih lanjut adalah mengenai strategi
pengumpulan data lewat metode literaturter.
Menurut Burhan Bungin “ Metode literatur
adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi
penelitian sosial untuk menelusuri data histories”.[2]
Sedangkan Sugiyono menyatakan bahwa Literatur merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu yang berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”.[3]
Metode atau studi literatur, meski
pada mulanya jarang diperhatikan dalam metodologi penelitian kualitatif, pada
masa kini menjadi salah satu bagian yang penting dan tak terpisahkan dalam
metodologi penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan oleh adanya kesadaran dan
pemahaman baru yang berkembang di para peneliti, bahwa banyak sekali data-data
yang tersimpan dalam bentuk literatur dan artefak. Sehingga penggalian sumber
data lewat studi literatur menjadi pelengkap bagi proses penelitian kualitatif.
Bahkan Guba seperti dikutip oleh Bungin menyatakan bahwa tingkat kredibilitas
suatu hasil penelitian kualitatif sedikit banyaknya ditentukan pula oleh
penggunaan dan pemanfaatan literatur yang ada.
Mengingat hal tersebut di atas, maka
kami mencoba melakukan suatu kajian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana
signifikansi pemanfaatan dan penggunaan studi literatur ini dalam penelitian
kualitatif.
B.
Pengertian
Penelitian Literatur
Hampir semua penelitian memerlukan
studi literatur atau pustaka. Walaupun orang sering membedakan antara riset
kepustakaan (library research) dan riset lapangan (field research),
keduanya tetap memerlukan penelusuran pustaka.
Perbedaannya yang utama adalah
terletak pada tujuan, fungsi dan / atau kedudukan studi pustaka dalam masing-
masing penelitian itu. Dalam riset lapangan, penelusuran pustaka dimaksudkan
sebagai langkah awal untuk menyiapkan kerangka penelitian (research design) atau
proposal guna memperoleh informasi penelitain sejenis, memperdalam kajian
teoritis atau mempertajam metodologi.[4]
Sedangkan dalam riset pustaka,
penelusuran pustaka lebih daripada sekedar malayani fungsi- fungsi yang
disebutkan diatas. Riset pustaka sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan
untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi
kegiatannya hanya pada bahan- bahan koleksi pustaka saja tanpa memerlukan riset
lapangan.
Dengan demikian, penelitian
kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.
C.
Macam - Macam Literatur
Dilihat dari kedekatan isi, literatur dapat diklasifikasikan
menjadi dua. Pertama sumber primer (primary source) dan kedua
sumber sekunder (secondary source). Sumber primer adalah karangan asli yang ditulis oleh
seorang yang melihat, mengalami, atau mengerjakan sendiri. Bahan Literatur
semacam ini dapat berupa buku harian (autobiography), tesis, disertasi,
laporan penelitian, dan hasil wawancara. Selain itu sumber primer dapat berupa
laporan pandangan mata suatu pertandingan, statistik sensus penduduk dan lain
sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber sekunder (secondary
source) adalah tulisan tentang penelitian orang lain, tinjauan, ringkasan,
kritikan, dan tulisan-tulisan serupa mengenai hal-hal yang tidak langsung
disaksikan atau dialami sendiri oleh penulis. Bahan Literatur sekunder terdapat
di ensiklopedi, kamus, buku pegangan, abstrak, indeks, dan textbooks.
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian Literatur sebaiknya
digunakan sumber Literatur primer yang informasinya lebih otentik. Namun bahan Literatur
primer yang relevan dengan masalah peneliti tidak selalu ada, atau karena waktu
yang terbatas sulit untuk diperoleh. Bila hal ini terjadi peneliti terpaksa menggunakan
bahan Literatur sekunder. Untuk ini perlu dipertimbangkan adanya 'bias' dari
penulisnya sebab informasi ini tidak berasal dari sumber langsung.
Dilihat dari waktu dan zamannya, literatur atau data pustaka dapat
dibagi menjadi dua, literatur kuno dan literatur masa kini. Literatur kuno
adalah literatur yang diterbitkan atau ditulis pada zaman kuno, sedangkan
literatur masa kini adalah segala bentuk hal pustaka yang diterbitkan pada masa
kekinian.
Beberapa sumber Literatur yang biasanya ada di perpustakaan
perguruan tinggi adalah:
1.
Ensiklopedi, yang merupakan sumber referensi yang lengkap. Bila
akan mencari informasi tentang suatu topik tertentu, peneliti dapat membaca
ensiklopedi umum (general encyclopedia); sedang untuk yang lebih khusus
dapat dicari dalam subject encyclopedia.
2.
Buku-buku teks dan referensi, yang berisikan pengetahuan tentang
berbagai bidang studi.
3.
Direktori dan buku pegangan, yang memuat alamat dan data lainnya
serta pedoman untuk mengerjakan sesuatu.
4.
Laporan hasil-hasil penelitian, yang merupakan hasil penelitian
baru atau merupakan kelanjutan penelitian sebelumnya.
5.
Tesis, skripsi dan disertasi, yang merupakan karya tulis yang
biasanya berkaitan dengan suatu penelitian atau penemuan baru.
6.
Abstrak, yang memuat ringkasan karangan, tesis, dan disertasi.
7.
Majalah, jurnal dan surat kabar, yang memuat artikel-artikel yang
relevan dengan masalah.
8.
Biografi, yang memuat data perorangan antara lain nama, tempat dan
tanggal lahir, pendidikan, dsb.
9.
Indeks, yang memuat daftar karya tulis yang disusun secara
alfabetis.
Selain informasi yang diperoleh dari berbagai sumber di
perpustakaan, peneliti dapat pula memperoleh bahan Literatur dari instansi atau
lembaga tertentu, misalnya LIPI dengan beberapa lembaganya antara lain PDII
(Pusat Literaturtasi dan Informasi Ilmiah), LEKNAS (Lembaga Ekonomi dan
Kemasyarakatan Nasional) dan Biro Pusat Statistik, yang merupakan pusat
informasi statistik nasional.
Menurut Sutrisno Hadi (1991) ada tiga pedoman untuk pemilihan
daftar sumber yang dipakai untuk penelitian pustaka / literatur yaitu:
relevansi, kemutakhiran dan adekuasi. Yang dimaksud dengan
relevansi adalah keterkaitan atau kegayutan yang erat dengan masalah
penelitian. Kemutakhiran adalah sumber-sumber pustaka yang terbaru untuk
menghindari teori-teori atau bahasan yang sudah kadaluwarsa. (Namun untuk
penelitian historis, masih diperlukan sumber bacaan yang sudah
"lama"). Sumber bacaan yang telah "lama" mungkin memuat
teori-teori atau konsep-konsep yang sudah tidak berlaku karena kebenarannya
telah dibantah oleh teori yang lebih baru atau hasil penelitian yang lebih
mutakhir. Di samping sumber itu harus mutakhir, juga harus relevan bagi masalah
yang sedang digarap. Jadi, hendaklah dipilih sumber-sumber yang berkaitan
langsung dengan masalah yang sedang diteliti, dan inilah yang dimaksud dengan
adekuasi.
Secara garis besar sumber bacaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
sumber acuan umum yang berupa teori dan konsep, biasanya terdapat dalam
buku-buku teks, ensiklopedia, monografi dan sejenisnya dan sumber acuan
khusus yang merupakan sumber acuan khusus berupa hasil-hasil penelitian
terdahulu yang dapat ditemukan dalam jurnal, buletin penelitian, tesis dan
disertasi.
Sebagian besar (lebih dan 50%) kegiatan dalam keseluruhan proses
penelitian adalah membaca, dan membaca itu hampir seluruhnya terjadi pada
langkah penelaahan Literatur ini. Menurut Sumadi (1989), membaca merupakan
keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk. Untuk ini kegemaran membaca
harus dibuat membudaya, membaca harus merupakan kegemaran dan kebutuhan.
D.
Metode Dan
Analisa Yang Dipakai Dalam Penelitian Literatur
1.
Dalam
penelitian Literatur kuno analisa yang sering digunakan adalah pendekatan
filologi. Pendekatan filologi ini untuk mengetahui informasi mengenai masa
lampau suatu masyarakat, yang meliputi berbagai segi kehidupan dapat diketahui
oleh masyarakat masa kini melalui peninggalan-peninggalan, baik yang berupa
benda maupun karya-karya tulisan.[5]
a)
Pengertian
Filologi
Filologi berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata philos
dan logos. Philos artinya cinta dan logos artinya kata[6] (logos berarti juga ilmu). Jadi
filologi itu secara harfiah berarti cinta pada kata-kata atau “senang bertutur”. Itulah sebabnya filologi selalu asyik dengan
kata-kata. Kata-kata dipertimbangkan, dibetulkan, diperbandingkan, dijelaskan
asal-usulnya dan sebagainya, sehingga jelas bentuk dan artinya.[7]
Pengkajian filologi pun selanjutnya membatasi diri pada penelitian hasil
kebudayaan masyarakat lama yang berupa tulisan dalam literatur dan isi literatur
(lazim disebut teks). Jadi, Secara singkat filologi sering diartikan sebagai
suatu ilmu yang obyek penelitiannya literatur-literatur lama yang sering
disebut dengan istilah: literatur, manuscript; atau handshrift
baik yang tertulis di atas bahan rotan, kulit binatang, kulit kayu, lontar, maupun kertas.
Pengertian filologi ini kemudian berkembang; dari pengertian cinta pada
kata-kata menjadi “senang belajar” atau “senang kebudayaan” atau berkembang
menjadi cinta pada ilmu. Menurut Nabilah Lubis filologi dalam arti studi teks
berarti studi yang melakukan penelaahan dengan mengadakan kritik teks. Filologi
tidak hanya sibuk dengan kritik teks, serta komentar penjelasannya, tetapi juga
ilmu yang menyelidiki kebudayaan suatu bangsa berdasarkan literatur. Dari
penelitian filologi, kita dapat mengetahui latar belakang kebudayaan yang
menghasilkan karya sastra itu, seperti kepercayaan, adat-istiadat dan pandangan
hidup suatu bangsa. Dari sinilah kita bisa mengetahui bahwa tugas
seorang filolog adalah membanding-bandingkan literatur-literatur kuno untuk
melacak versi yang asli, lalu menerbitkannya dengan catatan kritis.
Menurut Baried sebagaimana dikutip oleh Nabilah Lubis filologi mempunyai
tujuan khusus dan tujuan umum. Tujuan filologi adalah mengkaji literatur/teks
dengan tujuan mengenali sesempurna-sesempurnanya dan selanjutnya menempatkan
dalam keseluruhan sejarah atau bangsa. Secara umum, tujuan filologi diantaranya adalah:
a. Memahami sejauh mungkin kebudayaan suatu
bangsa melalui karya sastranya, baik lisan maupun tertulis.
b. Memahami makna dan fungsi teks bagi masyarakat
penciptanya.
c. Mengungkap nilai budaya lama sebagai
alternatif pengembangan kebudayaan.
Sedangkan secara khusus filologi mempunyai tujuan-tujuan tertentu di
antaranya:
a. menyunting sebuah teks yang dipandang paling
dekat dengan teks aslinya.
b. Mengungkap sejarah terjadinya teks dan sejarah
perkembangan
c. Mengungkap persepsi pembaca pada setiap kurun
waktu penerimaannya.
Jadi, Filologi bertujuan menyunting sebuah teks dan mengungkap sejarah teks
agar lebih dekat dengan aslinya dan dengan demikian diharapkan kita dapat
mengetahui perkembangan sebuah bangsa melalui teks. Filologi merupakan salah
satu jenis penelitian kepustakaan yang objeknya hanya difokuskan pada literatur-literatur
klasik-kuno. Dengan melakukan penelitian filologi ini maka kita bisa mengetahui
kebudayaan suatu bangsa.
Secara historis istilah filologi digunakan pada masa lampau sebagai ilmu
sebetulnya mempunyai sejarah yang panjang. Ilmu ini untuk pertama kalinya
muncul sejak abad ke-3 Sebelum Masehi di Eropa baik itu di Romawi Barat, Romawi
Timur maupun Iskandariyah.
b) Ranah Kajian Filologi
Setiap ilmu mempunyai objek penelitian, begitu juga dengan filologi. Objek
filologi adalah literatur dan teks-teks klasik. Dalam filologi istilah teks
menunjukkan pengertian sebagai suatu yang abstrak, sedangkan literatur
merupakan suatu yang konkret. Oleh karena itu, pemahaman terhadap teks klasik
hanya dapat dilakukan lewat literatur yang merupakan alat penyimpanannya. Filologi membedakan pengertian teks dan literatur, menurut Sudardi literatur
dimaksudkan sebagai benda material tempat suatu teks dituliskan, sedangkan teks
ditentukan sebagai sesuatu yang tertulis yang berupa kode-kode bahasa.[8] Jadi, filologi mempunyai sasaran kerja yang
berupa literatur-literatur kuno atau klasik serta isinya (teksnya). Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal maka diharapakan seseorang filolog memahami dan
mempelajari teks klasik dengan baik dan juga membersihkkan teks klasik dari
segala penyimpangannya; memilih dan menetapkan bacaan yang “asli”; menyajikan
teks klasik dalam keadaan yang “asli” dan terbaca; serta mengungkapkan sejarah terjadinya teks dan
riwayat pertumbuhannya.
Secara sederhana literatur bisa diartikan sebagai wujud fisik dari sebuah
teks.[9] Dalam
sebuah literatur suatu tradisi dibakukan dan menjadi pijakan dalam suatu
kehidupan, selain itu literatur merupakan bentuk penggambaran pengalaman
kolektif suatu bangsa dimasa lampau.
Termasuk isi dari literatur adalah teks. Dalam penjelmaan dan penurunannya,
secara garis besar ada tiga macam teks, yaitu: teks lisan (tidak
tertulis); teks literatur tulisan
tangan; teks cetakan.[10] Istilah teks sebenarnya berasal dari kata text
yang berarti ‘tenunan’. Teks dalam filologi diartikan sebagai ‘tenunan
kata-kata’, yakni serangkaian kata-kata yang berinteraksi membentuk satu
kesatuan makna yang utuh. Teks dapat terdiri dari beberapa kata, namun dapat
pula terdiri dari milyaran kata yang tertulis dalam sebuah literatur berisi
cerita yang panjang.[11]
Menurut Baried,[12] teks artinya kandungan atau muatan literatur,
sesuatu yang abstrak hanya dapat dibayangkan saja. Teks terdiri atas isi, yaitu ide-ide atau amanat yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca.[13] Jadi teks adalah roh, nafas, makna dan corak
yang hadir di dalam literatur. Isi dari literatur tersebut, bisa berupa mite,
dongeng, adat-istiadat, upacara, dan segala hal yang dianggap penting pada
waktu itu. Dan bentuk cerita dalam teks dapat dibaca dan dipelajari menurut
berbagai pendekatan melalui alur, perwatakan, gaya bahasa, dan sebagainya.
Sedangkan ilmu bantu untuk mempelajari seluk beluk teks disebut dengan
tekstologi. Ilmu ini meneliti antara lain proses lahir dan penurunan sebuah
teks, penafsiran, dan pemahaman sebuah karya sastra. Selain itu kajian filologi
juga dibantu ilmu kodikologi. Kodikologi di Indonesia diartikan sebagai ilmu
tentang literatur atau ilmu perliteraturan. Kodikologi antara lain membicarakan
sejarah literatur, tempat penyimpanan literatur, tempat penulisan atau
penyalinan literatur (skriptorium), perdagangan atau persewaan literatur,
dan cara penyusunan katalog.
c) Cara Kerja Penelitian Filologi
Cara kerja (metode) filologi sebagaimana arti dari pada kata metode itu
sendiri yang berarti pengetahuan tentang cara, teknik atau instrument. Maka
yang dimaksud sebagai metode filologi adalah metode atau cara yang akan
dilakukan dalam proses penelitian filologi.
Ada beberapa metode yang bisa dipakai untuk meneliti literatur supaya dapat
memahami literatur dengan baik sebagimana dirumuskan oleh bebrapa peneliti
filologi di antaranya, yaitu : Inventarisasi literatur, Deskripsi literatur,
Perbandingan literatur, Dasar-dasar penentuan literatur yang akan
ditransliterasi, Singkatan literatur; dan Transliterasi literatur.[14] Selain metode-metode di atas Lubis juga
menambahkan metode intuitif, metode objektif/stema, metode gabungan, metode
landasan, metode analisis struktur, metode penelitian literatur tunggal.
Berikut ini penjelasan dan uraian dari metode-metode tersebut.
1) Inventarisasi Literatur
Inventarisasi merupakan langkah pertama yang harus dilakukan. Dalam
penelitian filologi hendaklah mengumpulkan berbagai literatur yang akan
diteliti dan literatur penunjang terkait dengan literatur yang akan diteliti. Literatur-literatur
yang dimaksud dapat diidentifikasi dari berbagai perpustakaan universitas atau
museum yang biasanya menyimpan literatur-literatur bersangkutan. Daftar literatur
dapat dilihat berdasarkan katalogus literatur yang tersedia.
2) Deskripsi Literatur
Setelah literatur terkumpul kemudian kita melangkah ketahap yang kedua
yaitu setelah selesai menyusun daftar literatur yang hendak kita teliti, dan literatur
pun telah tersedia untuk dibaca, barulah kita membuat uraian atau deskripsi
tiap-tiap literatur secara terperinci. Dalam uraian itu, di samping apa yang
telah disebutkan dalam daftar literatur, juga dijelaskan keadaan literatur,
kertas, catatan lain mengenai isi literatur, serta pokok-pokok isi literatur
itu. Hal ini penting sekali untuk mengetahui keadaan literatur, dan sejauh mana
isi literatur itu. Penelitian ini sangat membantu kita untuk memilih literatur
mana yang paling baik digunakan untuk perbandingan literatur itu.
3) Perbandingan Literatur
Satu tahap lagi penelitian filologi yang memerlukan ketekunan dan memakan
banyak waktu, ialah perbandingan literatur. Perbandingan literatur perlu
dilakukan, apabila sebuah cerita ditulis dalam dua literatur atau lebih untuk
membetulkan kata-kata yang salah atau tidak terbaca; untuk menentukan sisilah literatur;
untuk mendapatkan literatur yang terbaik; dan untuk tujuan-tujuan lain.
Perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam literatur-literatur itu timbul, karena literatur
itu diperbanyak dengan menyalin. Dalam menyalin kembali itu terdapat banyak
kesalahan dan penambahan baru, karena cara yang dilakukan dalam menyalin literatur
itu bermacam-macam sesuai dengan kepandaian dan keinginan yang penyalin.
Dari pengamatan sementara, dapat disimpulkan di sini cara yang dilakukan
dalam menyalin literatur itu sebagai berikut:
a. Menyalin dengan membetulkan;
b. Menyalin dengan menggunakan bahasa sendiri;
c. Menyalin dengan menambah unsur atau bagian
cerita baru, karena adanya pengaruh asing;
d. Dan menyalin cerita dari cerita lisan atau
sumber yang berbeda.
Hal-hal inilah yang menyebabkan perlunya literatur itu diperbandingkan.
Sudah menjadi ciri sastra lama, bahwa pengarang atau penyalin cerita bebas
menambah, mengubah atau memperbaiki ceritera yang diperolehnya. Meskipun
demikian, tentu ada batas-batasnya juga, sepanjang isi atau pokok ceritanya
tidak berubah, karena mengubah suatu tradisi tabu bagi masyarakat lama.
Masyarakat lama menganggap literatur itu sebagai warisan atau pusaka yang
tinggi nilainya. Hal inilah yang memberi jaminan pada kita, bahwa isinya dapat
dipercayai, betul-betul hidup dalam masyarakat sesuai dengan kepercayaannya dan
tidak dikarang sesuka penulisnya.
Perbandingan literatur itu dapat meliputi :
a. Perbandingan kata demi kata, untuk membetulkan
kata-kata yang tidak terbaca atau salah;
b. Perbandingan susunan kalimat atau gaya bahasa,
untuk mengelompokkan cerita dalam beberapa versi dan untuk mendapatkan cerita
yang bahasanya lancar dan jelas;
c. dan perbandingan isi cerita, untuk mendapatkan
literatur yang isinya lengkap dan tidak menyimpang dan untuk mengetahui adanya
unsur baru dalam literatur itu.
Hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan cerita yang bebas dari kesalahan;
isi cerita tidak diinterpretasikan secara salah; penggolongan cerita sesuai
dengan penyajiannya; dan untuk menentukan sisilah literatur yang diteliti.
2.
Dalam penelitian
Literatur masa kini menggunakan jenis penelitian analisis literatur/analisis
isi/content analisa. Analisis
dokomen/analisis isi merupakan kajian yang menitik beratkan pada analisis atau
interpretasi bahan tertulis
berdasarkan konteksnya.
Bahan bisa berupa catatan yang
terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan
harian, Literatur, artikel, dan sejenisnya. Untuk memperoleh kredibilitas yang
tinggi peneliti literatur harus yakin bahwa Literatur-Literatur itu otentik.
Penelitian jenis ini bisa juga untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang
di dalam buku atau Literatur-Literatur yang terpublikasikan. Para pendidik
menggunakan metode penelitian ini untuk mengkaji tingkat keterbacaan sebuah
teks, atau untuk menentukan tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik
tertentu dari sebuah teks.[15]
a.
Pengertian
Analisis Isi
Analisis isi (content analysis)
adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu
informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah
Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat
lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.[16]
Analisis isi tidak dapat
diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika
memiliki syarat berikut.
a)
Data yang
tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terliteraturtasi (buku,
surat kabar, pita rekaman, Literatur/manuscript).
b)
Ada keterangan
pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai
metode pendekatan terhadap data tersebut.
c)
Peneliti
memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang
dikumpulkannya karena sebagian literaturtasi tersebut bersifat sangat
khas/spesifik.[17]
b.
Desain Analisis
Isi
Setidaknya dapat diidentifikasi tiga
jenis penelitian komunikasi yang menggunakan analisis isi. Ketiganya dapat
dijelaskan dengan teori 5 unsur komunikasi yang dibuat oleh Harold D. Lasswell,
yaitu who, says what, to whom, in what channel, with what effect. Ketiga jenis
penelitian tersebut dapat memuat satu atau lebih unsur “pertanyaan teoretik”
Lasswell tersebut.
Pertama, bersifat deskriptif, yaitu
deskripsi isi-isi komunikasi. Dalam praktiknya, hal ini mudah dilakukan dengan
cara melakukan perbandingan. Perbandingan tersebut dapat meliputi hal-hal
berikut ini.
1)
Perbandingan
pesan (message) literatur yang sama pada waktu yang berbeda. Dalam hal ini
analisis dapat membuat kesimpulan mengenai kecenderungan isi komunikasi.
2)
Perbandingan
pesan (message) dari sumber yang sama/tunggal dalam situasi-situasi yang
berbeda. Dalam hal ini, studi tentang pengaruh situasi terhadap isi komunikasi.
3)
Perbandingan
pesan (message) dari sumber yang sama terhadap penerima yang berbeda. Dalam hal
ini, studi tentang pengaruh ciri-ciri audience terhadap isi dan gaya
komunikasi.
4)
Analisis
antar-message, yaitu perbandingan isi komunikasi pada waktu, situasi atau
audience yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang hubungan dua variabel dalam
satu atau sekumpulan literatur (sering disebut kontingensi (contingency).
5)
Pengujian
hipotesis mengenai perbandingan message dari dua sumber yang berbeda, yaitu
perbedaan antarkomunikator.
Kedua, penelitian mengenai penyebab
message yang berupa pengaruh dua message yang dihasilkan dua sumber (A dan B)
terhadap variabel perilaku sehingga menimbulkan nilai, sikap, motif, dan
masalah pada sumber B.
Ketiga, penelitian mengenai efek
message A terhadap penerima B. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah efek atau
akibat dari proses komunikasi yang telah berlangsung terhadap penerima (with
what effect)?[18]
c.
Tahapan Proses
Penelitian Analisis Isi
Terdapat tiga langkah strategis
penelitian analisis isi. Pertama, penetapan desain atau model
penelitian. Di sini ditetapkan berapa media, analisis perbandingan atau
korelasi, objeknya banyak atau sedikit dan sebagainya. Kedua, pencarian
data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisis isi maka
teks merupakan objek yang pokok bahkan terpokok. Pencarian dapat dilakukan
dengan menggunakan lembar formulir pengamatan tertentu yang sengaja dibuat
untuk keperluan pencarian data tersebut. Ketiga, pencarian pengetahuan
kontekstual agar penelitian yang dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi
terlihat kait-mengait dengan faktor-faktor lain.
E.
Penutup
Dalam melaksanakan proses penelitian
pustaka ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Pustaka yang
dijadikan sumber penelitian haruslah benar- benar primer dan memadai untuk
diteliti. Sumber primer ini kemudian didukung oleh beberapa literature sekunder
yang sudah merupakan kepanjangan tangan dari sumber primer. Tanpa sumber yang
akurat, penelitian pustaka akan sia- sia karena literatur yang dijadikan sumber
kurang baik.
Selain sumber pustaka yang dipakai
untuk penelitian sudah baik dan akurat, maka perlu dilakukan analisa yang kuat
untuk membedah sumber itu. Analisa ini menjadi sangat penting agar hasil
penelitian literatur tidak hanya sekedar meresume sumber pustaka saja. Kekuatan
analisa inilah yang kemudian memunculkan konsep- konsep baru dalam dunia
pengetahuan yang kemudian berguna bagi pengembangan teori- teori keilmiahan.
[1] Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif,
(Bandung: ALFABETA, 2005), 238
[2] Burhan Bugin, Penelitian
Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya,
(Jakarta: Kencana, 2008), 121
[3] Sugiono, Memahami
Penelitian Kualitatif, 329
[5] Muhammad Walidin, Pendekatan Filologi dalam studi islam, http://adab.uinsuka.ac.id/file_kuliah/Pendekatan%20Filologi.ppt
[6] Nabilah, Lubis, Literatur, Teks, Dan
Metode Penelitian Filologi (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2007), 18
[7] Edwar, Djamaris, Metode Penelitian
Filologi. (Jakarta : Manasco, 2002), 6
[8] Bani, Sudardi, Penggarapan Literatur (Surakarta: Badan Penerbit Sastra Indonesia,
2003), 9
[9] Sri Wulan Rujiati Mulyadi, Kodikologi
Melayu di Indonesia (Jakarta: FSUL,
1994), 1
[10] Siti Baroroh Baried, dkk, Pengantar Teori
Filologi (Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985), 56
[12] Siti Baroroh Baried, Pengantar Teori..........,56
[13] Nabilah,
Lubis, Literatur, Teks, Dan Metode Penelitian Filologi (Jakarta:
Puslitbang Lektur Keagamaan, 2007), 29
[14] Nabilah, Lubis, Literatur, teks.....,78
[15] Mudjia
Rahardjo, Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif, Tuesday, 01 June 2010
04:52 , http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/karya-ilmiah/215.html?task=view
[16] Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif; Aktualisasi
Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2006), 175
[17] Andre Yuris, Analisis
isi (content analysis),
http://andreyuris.wordpress.com/2009/09/02/analisis-isi-content-analysis/
[18]
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1990), 62